SEMARANG||Jejakkasusindonesianews.com – Nasib tragis menimpa seorang ibu rumah tangga bernama Sri Herlina. Belum selesai urusan luka akibat pencurian perhiasan senilai Rp850 juta yang dialaminya, ia justru diduga dipermainkan oleh aparat penegak hukum yang seharusnya menjadi garda terdepan membela rakyat.(18/7)
Kejadian bermula pada Maret 2024, ketika Sri mulai mencurigai gerak-gerik seorang perempuan bernama Umi, yang kerap berada di rumahnya. Kecurigaan ini berubah menjadi kengerian saat Umi menghilang secara misterius pada 21 Februari 2025, dan bersama hilangnya Umi, lenyap pula perhiasan mewah milik korban.
Merasa ditipu dan dirugikan, Sri Herlina melaporkan kejadian ini ke Polsek Semarang Barat. Namun, alih-alih mendapat keadilan, Sri justru diduga menjadi “ATM berjalan” bagi oknum penyidik.
Menurut pengakuan korban, penyidik pertama kali meminta uang “BOP” (biaya operasional penyelidikan) sebesar Rp5 juta. Namun, meski uang sudah diserahkan, tidak ada tindakan berarti dari pihak kepolisian.
Tak hanya sampai di situ, saat tim penyidik lama dikabarkan “pecah” dan akan dibentuk tim baru, Sri kembali diminta uang kedua sebesar Rp5 juta. Alasannya? Untuk mendukung pembentukan tim penyidik baru demi mengejar Umi.
Namun apa daya, pengejaran kembali gagal. Alasannya kali ini: “Check post kurang akurat.” Tim penyidik pulang dengan tangan kosong. Lagi-lagi, korban hanya bisa menggigit jari.
Belum cukup “kejatuhan tangga” yang ia alami, muncul lagi permintaan dana. Salah satu personel oknum Polsek Semarang Barat menyarankan menggunakan check post milik Polrestabes Semarang yang diklaim lebih akurat. Sri kembali dipalak sebesar Rp3 juta.
Total, untuk kasus yang menimpanya, Sri Herlina telah merogoh kocek sebesar Rp13 juta,
Keadilan atau Bisnis?
Sri Herlina kini tak hanya menjadi korban pencurian, tetapi juga diduga menjadi korban pemerasan oleh oknum aparat. Ironisnya, uang puluhan juta yang seharusnya bisa membantu pemulihan mental dan finansial pasca-pencurian, justru habis untuk “mendanai”
“Ini yang dinamakan sudah jatuh, tertimpa tangga. Saya minta keadilan, bukan malah jadi ladang cuan mereka,” ujar Sri, lirih.
Kasus ini kini menyita perhatian publik. Masyarakat menanti tanggapan tegas dari pihak kepolisian, khususnya Kapolrestabes Semarang dan Kapolda Jawa Tengah. Jika terbukti benar, dugaan pemerasan oleh aparat ini bukan hanya mencoreng institusi, tapi juga mempermalukan wajah penegakan hukum di negeri ini.
Penulis :Yogie PS
Editor :Redaksi