Laporan:Witriyani
Kab .Semarang |jejakkasusindonesianews.com–Di tengah derasnya arus modernisasi, warga Dusun Candisari, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, masih mempertahankan satu tradisi unik bernama URAK sistem jadwal jaga malam berbasis gotong royong yang diwariskan turun-temurun.
Bagi masyarakat setempat, URAK bukan sekadar sepotong kayu bertuliskan nama warga, melainkan simbol tanggung jawab sosial dan solidaritas dalam menjaga keamanan lingkungan. Setiap warga memiliki satu potongan kayu bertuliskan namanya. Saat jadwal jaga tiba, kayu itu diserahkan ke warga berikutnya sebagai tanda giliran. Bila lupa menyerahkan, sang pemilik nama wajib berjaga kembali pada malam berikutnya sebuah sanksi sosial yang lebih mendidik daripada menekan.
Meski tanpa aturan tertulis, sistem ini berjalan efektif. Kesadaran kolektif menjadi kekuatan yang membuat URAK tetap hidup di tengah zaman serba digital.
Tradisi ini bahkan menarik perhatian Kapolres Semarang AKBP Ratna Quratul Ainy, S.I.K., M.Si., saat melakukan supervisi Satkamling di Candisari, Jumat (24/10/2025). Ia mengaku kagum dengan mekanisme jaga malam yang sederhana namun sarat makna tersebut.
“Tradisi seperti ini menunjukkan kearifan lokal yang luar biasa. Di tengah era digital, nilai gotong royong dan tanggung jawab masih terjaga. Warga yang selesai jaga malam akan menggantungkan URAK di rumah tetangga berikutnya. Bila lupa, ia harus jaga lagi esok harinya,” ujar Kapolres sambil tersenyum disambut tawa warga.
Sementara itu, Kepala Desa Kelurahan, H. Suparno, menuturkan bahwa sistem URAK telah ada jauh sebelum program Satkamling diberlakukan.
“URAK bukan hanya jadwal jaga, tapi simbol saling peduli dan saling mengingatkan antarsesama,” ujarnya.
Tradisi ini kini menjadi inspirasi bagi wilayah lain. Di saat banyak masyarakat mengandalkan teknologi keamanan, warga Candisari tetap percaya bahwa kehadiran manusia dan rasa kebersamaan adalah kunci utama menciptakan rasa aman.
Kegiatan supervisi turut dihadiri Sekcam Jambu, Eny Kuswatun, yang memberikan apresiasi atas semangat warga.
“Kebersamaan warga Candisari menjaga keamanan lingkungan menjadi energi positif untuk menciptakan situasi yang kondusif,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolres Semarang juga menyerahkan bantuan peralatan jaga malam kepada perwakilan warga sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan Satkamling.
Suasana semakin meriah saat remaja setempat menampilkan kesenian tradisional kuda lumping. Penampilan itu menjadi bukti nyata bahwa tradisi dan budaya lokal masih mampu berdampingan dengan era media sosial, tanpa kehilangan jati diri maupun nilai kebersamaan.
Tradisi URAK bukan sekadar menjaga malam, tetapi menjaga ruh kebersamaan dan cinta warga terhadap keamanan. (,,)







