Gandrungmangu, Cilacap |Jejakkasusindonesianews.com- Program percepatan rehabilitasi jaringan irigasi Daerah Irigasi (D.I.) Manganti di Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, kini menjadi sorotan nasional. Proyek strategis yang dikawal langsung Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur Percepatan Pembangunan ini digadang sebagai model sukses pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat lokal.
Proyek vital Tahap IV Paket 2 yang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy tak sekadar menjamin ketersediaan air di lumbung padi Cilacap, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi desa dan memperkuat agenda besar Presiden dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.
Pekerjaan rehabilitasi meliputi saluran induk primer, sekunder, hingga pembangunan jalan inspeksi. Di lapangan, progresnya tampak nyata: pengecoran saluran sekunder di wilayah Purwodadi dan Sidakaya, Desa Gintungreja, hampir rampung, disusul pemasangan bridcas beton pada saluran induk primer.
Ribuan petani di Cisumur, Gandrungmanis, Sidaurip, dan Gintungreja menyambut gembira percepatan proyek ini. Mereka menilai perbaikan jaringan irigasi sebagai bukti nyata perhatian pemerintah terhadap nasib petani dan masa depan pertanian Cilacap.
Yang membuat proyek ini istimewa adalah komitmen kuat terhadap pemberdayaan ekonomi lokal, yang diterapkan oleh pelaksana proyek PT Tirta Indo Karya bersama subkontraktor utama Mas Fredy Merpati, seorang putra daerah Gandrungmangu.
Kebijakan “Pro-Lokal” yang mereka jalankan menegaskan dua hal penting:
1. Padat Karya Asli Daerah. Seluruh tenaga kerja berasal dari masyarakat lokal tanpa impor pekerja dari luar wilayah. Prinsip ini memastikan manfaat ekonomi proyek langsung dirasakan warga sekitar.
2. Material dari Toko Lokal. Mulai dari semen, besi, bendrat hingga paku dibeli dari toko-toko bangunan di sekitar Gandrungmangu.
Mas Fredy menjelaskan, “Selisih harga mungkin hanya seribu rupiah dibanding beli dari luar. Tapi manfaatnya luar biasa. Rupiah yang berputar di daerah membantu toko-toko tetap hidup, karyawan mendapat gaji, dan ekonomi desa ikut bergerak. Inilah inti dari program BBWS yang keren kalau dikelola dengan hati.”
Langkah sederhana ini memastikan keuntungan proyek tidak bocor ke luar daerah, melainkan mengalir kembali ke masyarakat, memperkuat kemandirian ekonomi lokal sekaligus meningkatkan rasa memiliki terhadap proyek pemerintah.
Sebagai putra daerah, Mas Fredy menegaskan bahwa kualitas pekerjaan menjadi tanggung jawab moral. “Kami sadar hasil kerja ini akan dinikmati tetangga dan saudara sendiri. Maka kami berkomitmen memberikan hasil terbaik demi nama baik daerah dan kepercayaan BBWS Citanduy.”
Keberhasilan rehabilitasi D.I. Manganti menjadi bukti nyata bahwa pembangunan infrastruktur akan lebih kuat, berkelanjutan, dan diterima masyarakat bila berpihak pada potensi lokal dan kearifan daerah.
Ucapan syukur pun mengalir dari para petani. Mereka berharap air yang mengalir di saluran baru ini membawa berkah panen melimpah, membuka lapangan kerja, dan menghidupkan kembali cita-cita besar bangsa: Indonesia Swasembada Pangan.
(Buyung JKI)